Mempertanyakan persahabatan
sejati di dunia politik, seperti dunia yang tak menyisakan tempat bagi balas
budi. Eratnya jalinan persahabatan menjadi perseteruan dalam sekejab,
kebersamaan berbuah pengkhianatan, harapan dan semangat berbuah kekecewaan.
Tak semudah menuntut dan
menuntut, meskipun menjadi hak. Tak sebodoh membiarkan pengkhianatan, memberi
dengan sepenuh ketulusan, tanpa mengharap apa pun. Terlalu berharap mendapatkan
sesuatu, tak menjamin akan memperolehnya, tetapi memiliki cita bisa memberikan
sesuatu, tak jua mesti kehilangannya.
Agar menjadi pembelajaran, terlalu
berharap berujung kekecewaan. Ketika suatu koalisi yang terjalin, dimaknai
sebagai pembagian kue kekuasaan dan bagi-bagi jabatan semata, bukan upaya
terbaik, pilihan untuk mewujudkan cita.
Dikhianati dan dicampakkan,
sebuah resiko memang. Tetapi maknanya bisa berbeda jika partisipasi yang
diberikan bukan untuk mendapatkan sesuatu, tetapi untuk memberikan sesuatu,
memberi kontribusi, bukan mendulang. Bukan saling memperebutkan tanggung jawab
untuk didapat, tetapi memperebutkan amal untuk dikerjakan.
Tak memaksa dan tak kan bisa
memaksakan. Diperlukan kedewasaan mengambil sikap di antara tahu diri dan tidak
tahu diri. Lebih mudah untuk menuntut dan meminta, meski tak membuahkan hasil. Lebih
terasa berat untuk memberi, meski tak kan diikuti kekecewaan.
Ketulusan buta dan harapan bodoh,
posisi yang sama-sama sulitnya. Biarlah terlalu mudah dicampakkan, tetapi
jangan terlalu mudah diperbodoh. Antara bersikap tahu diri dan sikap bisa
menempatkan diri, hingga bisa memaksimalkan potensi. Bukan tempat mencari belas
kasih, tetapi jangan jua mempertontonkan kebodohan, tinggal bagaimana
memolesnya. Diperlukan langkah cerdas agar bisa mendapatkan posisi terbaik,
menjaga nilai sebuah pengorbanan tetap berharga.
Yang termudah memang memulai dari
diri, agar harapan kepada mereka untuk mengikuti, menjadi layak diungkapkan.
Lakukan dari apa yang mampu, jalankan amanah sebaik-baiknya, ketulusan yang tak
pudar hingga berbalas empati, meski entah kapan. Bekerja dan bekerja, memberi
dan memberi, apapun yang terjadi tetap melayani.
Kecilnya amanah yang diberikan,
bukan alasan untuk tak berbuat. Berbuat yang terbaik, untuk menyempurnakan
pengabdian pada-Nya, agar Dia memberikan yang terbaik. Semata berharap kepada
Dia yang lebih mengetahui tentang bangsa ini dan kita, kemampuan kita,
ujian-ujian yang mesti kita lalui dan bangsa ini, sampai pada saatnya yang
tepat.
Menempatkan diri yang terbaik
dalam kolaborasi, jika mereka memiliki kekurangan, toh kita tak jua lepas dari
kekurangan. Tinggal bagaimana dengan kelebihan dan kekurangan ini, menjadi
sebuah kolaborasi untuk saling melengkapi dan menguatkan. Melibas dan mencampakkan,
menjadi cinta, kerja dan harmoni.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar