Seandainya Allah berkehendak memberikan kemenangan terus-menerus kepada para pembelaNya, niscaya hal tersebut sangat mudah bagiNya. Di antara silih bergantinya kejayaan, jatuh bangunnya berbagai peradaban, Kemenangan dan kekalahan sesungguhnya dipergilirkan olehNya, untuk menguji siapa hamba yang terbaik amalnya.
Adakalanya perjalanan ini berada
dalam kondisi terseok tertatih di antara ketidakadilan dan kepedihan yang
menimpa, berada dalam ketidakberdayaan namun sesungguhnya perjalanan sedang
menyongsong sebuah fajar kemenangan.
Adakalanya perjalanan ini berada di
atas puncak kemegahan sebuah peradaban, namun dengan fasilitas yang dimilikinya
tak kuasa menahan runtuhnya sejengkal demi sejengkal kejayaan peradaban yang
terus memudar. Meski memiliki kebesaran masa lalunya yang gemilang, namun perjalanan
telah terjebak dalam situasi dipaksa menyaksikan runtuhnya kejayaan itu tanpa
bisa berbuat sesuatu pun untuk mencegahnya.
Di antara suka duka perjalanan
ini, kadang kala lawan memberi sedikit umpan, berupa pencapaian kecil yang menimbulkan
hasrat untuk beristirahat, rasa ingin sejenak melepas kepenatan yang telah
sekian lama dirasakan, terlena oleh sedikit kenikmatan yang dirasakan, hingga
kewaspadaan memudar, sementara perlombaan ini masih berlangsung dengan sengit,
dan terlupa sesungguhnya masih harus berpacu untuk mencapai tujuan yang yang
sebenarnya. Membuat tujuan yang akan dicapai terlihat dekat di hadapan, namun
sebenarnya jalan yang mesti ditempuh masih harus memutar dan berliku.
Di antara suka duka perjalanan
ini, kadang kala terjatuh dan terperosok, namun perih, keluh kesah dan
penyesalannya sirna ketika kejatuhan itu mengantarkan untuk mendapatkan jalan lain
yang lebih mudah.
Dan kemenangan sempurna din ini
tidaklah bertolak dari kebesaran Bani Umayyah, tidak pula dari kemegahan Bani
Abasiyyah, juga tidak bertolak dari kekuatan imperium Utsmani, namun kemenangan
sempurna din ini menjadi lebih heroik ketika bertolak dari sebuah
ketidakberdayaan, benar-benar menunjukkan kuasaNya.
Ketika bumi yang dipijak kian
terasa sempit, kondisi terasing dan terkucil kian dirasakan, fitnah dan
ketidakadilan begitu mudahnya menimpa, merupakan pertanda bahwa apa yang
dijanjikan telah semakin dekat.
Semoga rasa sakit oleh
ketidakadilan ini semakin menumbuhkan rasa kesetiakawanan, dalam kondisi terkepung
dan terpojok ini tumbuh rasa tawakal dan kepasrahan kepadaNya, dan dari rasa
ketidakberdayaan ini kian mengikis kesombongan diri ini, hingga tiada yang bisa
diperbuat untuk memohon pertolongan kecuali dengan sabar dan shalat.
Ya Allah, semoga tipu daya dan
kedzaliman yang menimpa kami menjadi tambahan pertolongan bagi kami dan
mendekatkan kepada kemenangan sebagaimana yang Engkau janjikan dan senantiasa
menjadi kabar gembira di antara duka lara kami, tegaknya din ini di semua
tempat yang ada timur dan baratnya.
Ya Allah, semoga sisi kebaikan
kami yang tak seberapa ini, mengundang rahmatMu yang tiada tara untuk memberi
sebaik-baik pertolongan bagi kami, serta menjadi penutup kekurangan dan
kelemahan kami. (dakwatuna)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar