Berhadapan dengan kemustahilan? Antara pilihan menyerah, atau nekad untuk sekedar tidak dikatakan sebagai pengecut, meski keduanya sama-sama berakhir dengan kebinasaan.
Di antara benteng kemustahilan
yang tegak kukuh, hanya sedikit orang yang mampu membuka celah sempit untuk
menembusnya. Mereka inilah nama-nama yang ditakdirkan Allah tertulis di dalam
sejarah peradaban umat manusia.
Kekuatan adi daya sebesar apapun
bukanlah Tuhan, keruntuhannya bisa berawal dari seorang yang hanya berbekal
suatu ide. Banyak ide brilian yang muncul tatkala berhadapan dengan kesulitan
yang tampaknya tak mungkin dipecahkan atau menyiasati kekuatan yang tak
seimbang. Mari kita tengok sedikit dari mereka.
1. Umpan dan Jebakan
Untuk sebuah kemenangan besar, kadang
diperlukan suatu pengorbanan yang tepat. Umpan bisa menjadi sebuah strategi
membuat lawan terpedaya.
Sebuah pelajaran dari Bukit Uhud,
tatkala kemenangan telah di depan mata, keadaan menjadi berbalik karena banyak
pasukan meninggalkan posisi mereka tergiur oleh harta yang ditinggalkan musuh.
Saat Napoleon menjadi kekuatan
yang tak tertandingi, bahkan tengah mengerahkan kekuatan besarnya untuk
menaklukkan Rusia dengan 650.000 pasukan, sangat berat untuk dihadapi
sebagaimana perang biasa. Dengan strategi
membiarkan pasukan Napoleon
memasuki Moskow namun dalam keadaan kota itu dibumi hanguskan dan kosong, tanpa
ada makanan, maka besarnya pasukan Napoleon menjadi bumerang bagi mereka,
akhirnya luluh lantak berhadapan dengan dingin dan kelaparan.
Strategi ini sebelumnya dipakai
jenderal Vietnam, Tran Hung Dao ketika menghadapi serbuan Mongol pada invasi
tahun 1285. Pasukan Mongol memasuki ibukota dalam keadaan telah dibumi
hanguskan, tanpa ada makanan dan tempat berteduh. Sepanjang yang mereka temui
hanyalah kampung dan sawah yang telah dibakar, juga ditambah berhadapan dengan ganasnya belantara tropis Vietnam. Dalam
keadaan lemah, lebih mudah untuk menghadapi musuh.
2. Memanfaatkan Kelemahan dan
Kelengahan Musuh
Betapa pun kekuatan musuh, pasti
ada sisi-sisi kelemahan yang bisa dimanfaatkan untuk melemahkannya. Juga pasti
ada hal-hal yang bisa membuatnya lengah, untuk menurunkan kewaspadaannya.
Tak mungkin bagi seorang Raden
Wijaya menghadapi serbuan pasukan Mongol. Malah ia ikut bersama pasukan Mongol
menaklukkan negerinya. Dan ketika pasukan Mongol meraih kemenangan dengan
mudah, mereka merasa tugasnya telah selesai. Momen itulah yang dimanfaatkan
Raden Wijaya untuk berbalik menyerang secara tiba-tiba, saat mereka lengah.
Besarnya kekuatan bisa jadi membuat
hilang kewaspadaan, seperti yang terjadi di Hunain. Jika sebelumnya Kaum
Muslimin selalu berada pada posisi sulit melawan kekuatan yang lebih besar,
kali ini mereka menuju Hunain dengan perasaan terkagum-kagum atas banyaknya
jumlah mereka. Namun semua itu tidak berguna sedikit pun ketika serangan
mendadak membuat mereka tercerai berai, hingga Allah menurunkan pertolonganNya.
3. Cerdik dan Licik
Terkadang sulit untuk menentukan
batas-batas antara cerdik dan licik, sekaligus menjadi tantangan bagi para pembela
kebenaran ketika berhadapan dengan pihak yang menghalalkan segala cara.
Seperti apa yang terjadi pada
perang Shiffin, kepolosan Abu Musa Al Asy’ary ketika berhadapan dengan
kepiawaian Amr bin Ash menyebabkan kemenangan di depan mata pihak Ali menjadi
perpecahan yang melemahkan.
Sedang di Troya, penyusup
berhasil membuka benteng yang terlalu kukuh untuk ditembus dari luar.
Juga tentang ketulusan,
Shalahudin Al Ayubi membantu pengobatan musuh besarnya, Richard The Lion
Heart, dan tindakan ini mempermudah jalan kemenangannya.
4. Kearifan Lokal
Menghadapi kekuatan yang jauh
lebih besar, pemanfaatan kondisi alam yang ekstrim bisa menjadi penyeimbangnya.
Pengetahuan tentang medan sulit, cuaca, angin, ombak dan pasang membantu
menghadapi kekuatan yang tak seimbang.
Di Ain Jalut, hanya sebagian
kecil pasukan dimunculkan menghadapi Tatar, yang sebenarnya hanya untuk
menjebak mereka pada suatu lembah sempit, setelah itu baru kekuatan penuh
dikerahkan.
Pada invasi Mongol ke Vietnam
ketiga, kapal-kapal besar Mongol terpancing masuk ke perairan dangkal yang
telah penuh dengan jebakan, dan ketika air surut kapal-kapal besar itu telah
terjebak dan begitu mudah dibakar.
Menghadapi kekuatan asing yang
yang lebih besar, kekuatan kecil yang lebih menguasai medan bisa mencari taktik
yang efektif, taktik gerilya, pukul dan lari, memutus suplai makanan dan
sebagainya.
5. Permainan Belakang
Kepiawaian dalam memainkan
spionase, penyusupan dan pengkhianatan bisa menyederhanakan suatu kemenangan.
Kekuatan besar yang telah terbangun bisa
menjadi tak berarti sama sekali, yaitu tentang membaca, menguasai dan
mengendalikan lawan.
Malam sebelum Perang 1967, para
perwira militer Mesir dijamu habis-habisan hingga mabuk. Hingga serangan
meluluh lantakkan mereka dengan tiba-tiba, sedang mereka dalam keadaan tidak
mengerti apa yang terjadi.
6. PenguasaanTeknologi dan Penemuan
Baru
Baru sedikit rahasia alam semesta
yang terungkap oleh umat manusia. Dari yang sedikit itu, berbagai penemuan
telah menjadi sarana untuk menguasai puncak-puncak peradaban manusia.
Serangan terhadap Konstantinopel
selalu mengalami kegagalan. Kota itu memiliki senjata rahasia yang hanya
dikeluarkan dalam keadaan terdesak, semburan api yang menyala di permukaan air
laut, membakar setiap kapal yang hendak menyerang. Keberadaan senjata ini
hilang dalam huru-hara dengan Romawi Barat semasa Perang Salib, dan beberapa
abad kemudian kota ini bisa ditaklukkan.
Sebuah ide yang tak masuk akal
ketika pasukan Muhammad Al Fatih menjalankan kapal-kapal mereka melalui daratan
menggunakan balok, untuk menuju titik lemah pertahanan Konstantinopel. Sesuatu
yang tak pernah diperhitungkan oleh lawan.
Pada pertempuran Ain Jalut,
pasukan Qutuz membunyikan meriam untuk menakut-nakuti kuda pasukan Tatar.
Selain itu juga menggunakan membunyikan gendang dengan irama tertentu yang
hanya dimengerti oleh pasukannya untuk memandu pergerakan pasukan.
Seorang Jalut yang perkasa kalah
oleh Daud kecil, di mana ia dikaruniai kelebihan dengan kemahiran menggunakan
ketapelnya.
Penggunaan bom atom pada Perang
Dunia kedua mengakhiri perang tersebut dengan lebih sedikit waktu, biaya dan
korban jiwa yang menjadi korban.
Sebuah penemuan mekanisme yang
mampu menghentikan seluruh aktifitas mesin pada masa Mussolini mungkin akan
merubah arah sejarah dunia, namun sang penemu memilih bunuh diri daripada penemuannya
dimanfaatkan oleh Sang Diktator. Memang kebenaran dan keberadaannya masih
menjadi misteri, tapi memberikan sebuah pelajaran berharga tentang menjaga
keberlangsungan sebuah ide di antara takdir Allah.
Betapapun hebatnya suatu ide, ia
tetap membutuhkan orang-orang yang memiliki keberanian dan mau berkorban untuk
mewujudkan ide tersebut. Ide manusia tikus Vietcong mengorbankan 3 juta manusia
untuk terwujudnya sebuah kemenangan. Pengorbanan dan kesabaran yang tak habis
hingga sebuah cita terwujud dengan sempurna, yang terkadang teramat panjang dan
berliku.
Betapapun kemustahilan yang
dihadapi, pasti ada sisi-sisi kelemahan yang semestinya membuat orang-orang
yang memilkiki jiwa penakluk tak begitu saja berputus asa menghadapinya,
menyerah begitu saja, tak tahu apa yang harus dikerjakan, atau sekedar
menghadapi dengan keberanian yang buta. Bukankah prestasi yang membanggakan
lahir dari kemampuan untuk memecahkan kesulitan yang pelik? Betapa banyak
pasukan kecil yang mengalahkan pasukan besar dengan ijin Allah?
Dan kini di antara babak baru
pertarungan opini, segala sesuatunya menjadi amat cair, hingga saat-saat yang
menentukan sebuah kemenangan dihadapi dengan keletihan dan keinginan untuk
istirahat. Kemenangan yang tinggal selangkah menjadi pupus, kuda-kuda hitam
bermain cantik hingga keadaan berbalik pada saat-saat akhir. Menjadi suatu
tantangan di era baru ini untuk mentransformasikan berbagai taktik dan strategi
dari pertarungan fisik ke pertarungan pemikiran.
Silih berganti berbagai peradaban
besar menghiasi sejarah peradaban manusia. Kejayaan mereka tidak serta merta
menjadikan mereka kekal. Berbagai ibrah yang tersisa dari kisah dan sisa-sisa
keruntuhan mereka.
Di antara kemenangan dan
kekalahan yang dipergilirkan silih berganti, kemenangan sejati para pembela
kebenaran adalah keteguhan untuk senantiasa berpegang dengannya, sekalipun
posisi yang sedang dijalaninya sedang menempati takdir kekalahan. Apapun yang
diperoleh, nilai keteguhan dan kesabaran menentukan seberapa besar kemenangan
di akhirat kelak.
Harap diketahui segenap para
musuh pembela kebenaran, cita yang ingin diraih bukanlah menundukkan
manusia-manusia lain atau menegakkan hegemoni segolongan manusia atas manusia
lain, namun sebuah cita yang tulus untuk bersama-sama mewujudkan kesempurnaan
hidup dalam penghambaan kepada Sang Pencipta, untuk kedamaian hidup di dunia
dan kebahagiaan hakiki di akhirat.
Termasuk peradaban yang kini
menguasai dunia ini, yang mengerahkan segenap sarana untuk melanggengkan eksistensi
mereka, ketika harus berhadapan dengan sunatullah. Dengan kemampuan nuklir
mereka, apakah mereka bisa menjamin bahwa tidak akan ada mekanisme yang membuat
teknologi nuklir yang mereka miliki tak berfungsi?
Dan tentang kita, di antara pertempuran
ini apakah akan menjadi salah satu dari pilar-pilar penyangga kebangkitan Islam,
menjadi debu di jalan Allah, atau sekedar menjadi penonton. (dakwatuna)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar