Rabu, 23 April 2014

Mudahkan Ya Allah

Berhadapan dengan gelombang, ketika harus menghadapinya. Atau berjumpa dengan badai, ketika harus melewatinya. Serasa tak kan mampu menghadapinya, mungkin juga serasa tak akan selamat melewatinya.
Jalan buntu, yang hampir memaksa untuk menyerah, tak tahu lagi apa yang mesti dilakukan. Begitu banyak ketidakmungkinan, dari hal-hal kecil dalam keseharian, hingga perkara besar yang menyangkut sebuah negeri.
Kesulitan hidup yang seperti tak kan terpecahkan, sakit yang seolah tak menyisakan harapan untuk sembuh, hingga sebuah negeri yang terbelit dalam cengkeraman kezhaliman, terjajah oleh perilaku nista, seolah tak bisa diperbaiki lagi, tak tahu jalan untuk membebaskan diri. Bahkan ketika harus menghadapi suatu prahara atau revolusi yang berat, seperti menghadapi pertarungan yang berdarah-darah.
Betapapun besarnya aral, ketika ia telah terlampaui, tak sehoror ketika baru akan menghadapinya. Seperti yang dirasakan mereka yang selamat dari sebuah bencana yang dahsyat. Apalagi orang-orang, dirinya sendiri bahkan tak mengerti, merasakan betul suatu keajaiban. Mereka yang pernah melewati kesulitan hidup yang berat, merasakan betul adanya keberuntungan.
Negeri yang pernah merasakan cengkeraman imperialisme dunia, serasa tak berdaya, tapi tak menyurutkan cita untuk meraih kemerdekaan. Cita yang seolah teramat jauh untuk dituju, teramat tinggi untuk digapai. Ternyata yang terjadi, ada jalan tak terduga yang mempermudah kemerdekaan itu tercapai, sesuatu yang tak mungkin kemudian menjadi terwujud. Betapa banyak rezim yang kokoh, seperti tak akan runtuh, namun dalam sekejap segalanya berubah. Kekuasaan begitu mudah untuk berganti, tak terbayangkan situasi begitu mudah berubah.
***
Dunia ini, zaman ini, dalam cengkeraman kezhalimannya, belitan kerusakannya, tak berdaya menghadapinya, seolah tak lagi bisa diperbaiki. Betapapun beratnya, menjaga tekad untuk memperbaikinya agar tetap hidup, agar tak menyurutkan ikhtiar. Dari ikhtiar yang tak seberapa ini, berbuah pertolongan-Nya, agar diberi kemudahan, sebuah jalan keluar yang terbaik.
Apa yang mustahil menjadi mudah, apa yang tak mungkin akhirnya terwujud. Agar dari kelemahan ini, lebih terasa kebutuhan akan pertolongan-Mu, hingga kami lebih merendahkan diri kepada-Mu. Apapun yang kami capai nantinya, tetap dirasa bukan karena kekuatan dan kehebatan kami, melainkan pertolongan dan karunia-Mu semata, sehingga sempurna syukur kami kepada-Mu.
“Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan.” (QS. Ali ‘Imran: 186)
Semakin beratnya ujian yang dihadapi adalah semakin besar kemuliaan yang di dapat. Tetapi kami merasa terlalu lemah untuk memikulnya, berharap dimudahkan, diringankan, mendapat karunia dari ampunan dan rahmat-Mu.
“Wahai Rabb kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Wahai Rabb kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Wahai Rabb kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.” (QS. Al Baqarah:186)

Tidak ada komentar: