Selasa, 23 September 2014

Wahai Umat Islam, Tolonglah PPP

Silih berganti persoalan menimpa umat ini. Ironisnya, masing-masing elemen umat ini cenderung menghadapi sendiri-sendiri persoalan yang menimpanya. Seharusnya kita bisa memandang persoalan tersebut dalam perspektif yang lebih luas, sebagai upaya sistematis terhadap umat ini secara keseluruhan, sehingga harus dihadapi secara bersama-sama, dalam perspektif umat sebagai sebuah kesatuan.

Tanpa terasa sejengkal demi sejengkal aset umat ini terlepas, baik aset politik, ekonomi, sosial dan sebagainya, dan kita mengabaikannya. Tanpa disadari kita sudah banyak kehilangan aset-aset tersebut, dan ketika umat ini banyak kehilangan potensi kekuatan yang dimilikinya, posisinya dalam kancah percaturan di negeri ini kian melemah dalam segala aspeknya.

Sejengkal demi sejengkal, tanah kita yang kotor sekalipun, adalah aset kita sekaligus tanggung jawab kita mempertahankannya dan sekaligus juga tanggung jawab kita untuk memperbaikinya. Dari sejengkal-demi sejengkal yang lepas itu menjadi jalan bagi rubuhnya benteng-benteng umat.

Upaya melemahkan umat, mempersepsikan Islam buruk di mata publik, belitan problematika dalam berbagai bentuknya, pusaran kasus, konflik internal dan sebagainya, seharusnya kita sikapi secara dewasa, tidak parsial. Bukannya kita sendiri malah terbawa arus, begitu mudah mengikuti keinginan dan agenda dari luar, terseret opini media, yang ujungnya membantu memuluskan agenda rival-rival dakwah tanpa sadar.

Persoalan yang menimpa partai-partai Islam seperti PPP saat ini, kasus impor daging sapi yang pernah menimpa PKS, bahkan lebih jauh lagi, persoalan yang juga menimpa orang-orang yang berlatar belakang Islamis di partai-partai nasionalis sekalipun seperti Akbar Tanjung dalam kasus buloggate, Anas Urbaningrum, dan sebagainya, semestinya harus kita cermati jika di balik itu ada agenda sistematis yang sebenarnya menyasar pelemahan umat secara keseluruhan, bukannya sebagian dari kita malah ikut andil dalam skenario yang ingin melemahkan umat ini sendiri.

Jangan sampai sebagian elemen umat bermaksud mengambil keuntungan dari permasalahan yang menimpa elemen umat yang lain, sehingga membuka ruang bagi divide et impera model baru. Di antara umat ini memang terkadang saling bersaing, berseteru, bahkan memiliki banyak perbedaan persepsi. Tapi adakalanya kita akan saling membutuhkan, ketika berhadapan dengan agenda sekularisme dan liberalisme, persoalan regulasi nikah adalah salah satu contohnya. Semestinya kita menyikapi permasalahan yang terjadi secara proporsional, agar tidak menambah beban bagi umat. Karena tak mungkin urusan umat ini diserahkan pada orang lain, apalagi kepada rival-rival dakwah.

Melemahnya kekuatan umat, baik secara politik maupun aspek lain, kemudharatannya akan kembali pada umat ini sendiri. Sebelum terlambat, kita berada dalam keadaan lemah tak berdaya. Semua persoalan umat, termasuk yang kini sedang menimpa PPP sebagai salah satu aset besarnya, semestinya mengundang keprihatinan bagi segenap umat Islam, menumbuhkan kepedulian, memandang umat ini sebagai satu kesatuan tubuh, mengutamakan kepentingan umat secara keseluruhan. (suara-islam)

Tidak ada komentar: