Rabu, 09 Oktober 2013

Menambah (Sedikit) Manfaat Dari Perhelatan Politik Ini


Akibat buruk politik biaya tinggi di negeri ini tentunya akan kembali juga pada kita semua. Tapi itulah kenyataan yang terjadi, ketika publik semakin apatis dan pragmatis, semestinya juga menjadi bahan evaluasi bagi para pelaku politik di atas sana. Memang harus diakui, perjalanan perpolitikan pasca reformasi ini hasilnya belum seperti yang diharapkan, baik dalam bidang ekonomi, moral, dan sebagainya. Ungkapan berikut mungkin bisa sedikit menghibur keputusasaan publik, seribu tahun bersama pemimpin dhalim lebih baik dari pada satu hari tanpa pemimpin, tapi mungkin kalau kita belum mengalami sendiri belum percaya juga.

Jalan pintas yang paling mudah untuk menjawab sikap apatis publik adalah dengan cara membeli suara. Berbagai bentuk pemberian, sejak dari sembako, infrastruktur, hingga serangan fajar secara cash. Seiring persepsi publik yang buruk terhadap partai, begitu banyak kandidat yang ‘berjudi’ habis-habisan. Suatu investasi politik yang tidak hanya beresiko bagi para kandidat jika gagal, tapi juga membuat kondisi perpolitikan semakin tidak sehat.

Rasanya sampai bosan, atribut partai dan kandidat berseliweran di mana-mana. Sepertinya terlalu monoton dan kurang kreatif, dari tahun ke tahun bentuknya seperti itu-itu juga, stiker, kalender atau pamflet, dengan pesan klasik yang monoton, mohon doa restu dan dukungannya, pilih nomor sekian..., siap berjuang untuk rakyat dan itu-itu juga.

Mungkinkah dengan sekedar melihat logo partai atau foto caleg, lantas orang yang melihat akan memilihnya? Ya mungkin saja, namanya juga usaha, agar dikenal dan dipilih. Tetapi jangan menutup mata, masyarakat sedang apatis dengan yang namanya politik atau partai. Maklum juga, kondisi bangsa memang sedang seperti ini. Maka tidakkah berpikir untuk mencari terobosan yang lebih kreatif agar biaya yang tidak sedikit itu bisa lebih maksimal efeknya. Kata orang para caleg yang memajang fotonya di tepi jalan itu jadi seperti ngemis, jadi mestinya tertantang bagaimana agar atribut-atribut itu bisa bermanfaat dan memberi inspirasi banyak orang, sehingga orang yang melihatnya menjadi salut.

Apalagi bagi partai yang sumber dananya terbatas, perlu menyiasati agar biaya yang dikeluarkan bisa maksimal. Bahkan mengupayakan agar bisa bermanfaat ganda, tidak hanya secara politik, seperti kata pepatah, sekali mendayung dua pulau terlampaui. Tidak sekedar berupa atribut-atribut konvensional, tapi disisipi materi lain yang membawa manfaat bagi masyarakat.

Kalau atribut itu sekedar logo partai dan foto calon, mungkin setelah pemilu sudah tak terpakai lagi, paling-paling juga hanya untuk menutup emperan lapak. Berbeda kalau artibut itu juga mengandung pesan bermakna seperti tentang menjaga kebersihan, membuang sampah pada tempatnya, ucapan salam, doa dan dzikir, kata mutiara dan sebagainya, setelah pemilu usai pun Insya Allah masih bermanfaat. Bisa juga baliho, banner dan spanduk, disisipi pesan-pesan dan informasi yang bermanfaat bagi pengguna jalan, petunjuk lalu lintas, peta, mempromosikan potensi lokal, atau pesan tentang lingkungan hidup, niscaya akan bermanfaat ganda dan setelah pemilu masih layak untuk terpajang. Agar tidak digaruk Panwas tentunya logo partai bisa ditutup materi lain yang serasi.

Atau memperbanyak materi keilmuan dalam bentuk buku atau majalah tentang berbagai tips-tips praktis yang berguna, kesehatan, memasak, dan hal-hal yang membuat orang yang dongkol politik pun ikut menikmatinya. Hal-hal yang memang dibutuhkan oleh masyarakat, dan memang bermanfaat bagi perbaikan masyarakat pada umumnya. Bisa juga  berbentuk buku yang berisi kisah inspiratif, motivasi, materi ceramah dan khutbah yang menyegarkan, ketrampilan sehari-hari, sarana belajar dan sebagainya. Hal-hal yang bersifat mencerahkan dan mencerdaskan, tapi jauh dari kesan menggurui.

Daripada hal-hal yang tidak simpatik, berbagai atribut ditempel di dinding, gapura, tiang listrik atau pagar yang membuat suasana menjadi lusuh. Coba bayangkan susah-susah kita kerja bakti mengecat gapura atau pagar, lantas setiap menjelang pemilu seenaknya orang menempelkan bermacam-macam gambar. Atau pohon di tepi jalan menjadi penuh dengan paku yang tertancap, mungkin pohonnya bisa menangis ya.

Efektifitas dalam meraih simpati publik perlu diperhitungkan daripada sekedar jor-joran yang tidak mengena. Adakalanya pesan yang disampaikan menjadi isu yang begitu berpengaruh. Di saat yang sama, kampanye dan pencitraan yang begitu masif, seolah hanya lewat begitu saja tanpa menaikkan elektabilitas yang bersangkutan. (dakwatuna)

Tidak ada komentar: