Senin, 11 Agustus 2014

Fitnah di Jalan Jihad

Sesungguhnya tak ada yang bisa dinikmati dari umpan meski kelihatannya manis. Tak ada yang akan didapat dari jeratan meski tampak memesona. Tak mungkin jua menaruh harap dari jebakan meski terlihat menjanjikan. Jebakan itu pasti dibuat mudah dan umpan selalu dibuat manis.

Niat masih teguh tertancap, tekad selalu kokoh terhujam, tapi musuh tak akan tinggal diam. Dahsyatnya tipu daya dan aral yang disiapkan musuh berbanding dengan besarnya keteguhan itu. Terlalu pelik, aral mungkin tak tampak lagi sebagai aral.

Tenggelam dalam gempita euforia, terpedaya, kewaspadaan hampir terlepas. Namun mestinya tetap menggenggam kesadaran, bahwa masa ini adalah masa-masa penuh fitnah dan tipu daya. Meski kewaspadaan hanya terdengar sebagai suara sumbang para pendengki, sekecil apapun kejanggalan seharusnya tak diabaikan begitu saja.

Ketika langkah menjadi mudah, ketika aral seolah sirna, keberhasilan-keberhasilan menjadi begitu mudahnya diraih. Semu, menyederhanakan persoalan, mengesampingkan kewaspadaan. Lengah, bahwa mungkin di balik semua ini adalah tipu daya musuh.

Tampak sangat menjanjikan, memukau, melaju dengan luar biasa. Terbentang sebuah harapan baru, tibanya kemenangan yang sekian lama dinanti. Sejenak terlena, namun pandangan semestinya tetap jernih, mewaspadai intrik, permainan dan dahsyatnya tipu daya. Bisa jadi semua ini adalah sarana-sarana yang dipersiapkan musuh, dan pasti akan dipakai untuk tujuan mereka.

Terlahir dari tekad yang tak mungkin dipadamkan, melaju dengan gegap. Namun bukannya musuh enggan berpayah menghadapinya, bahkan ingin lebih dari sekedar mengalahkannya. Jika keteguhan itu diolah sedemikian rupa oleh musuh, memanfaatkannya, menungganginya dan melipatgandakan kekalahannya, sehingga berlipat pula kehancuran yang diciptakan.

Tak hanya binasa oleh rapuhnya tekad, bahkan oleh keteguhannya, malah menjadi kehancuran yang lebih tragis. Keteguhan sebuah cita yang menjadi buta, meluluhlantakkan cita itu sendiri. Tak perlu khawatir akan cacian dan kedengkian, tapi khawatirkan jika ia menjadi aral bagi jihad ini, menghancurkan din ini dari dalam. Saling berhadapan satu sama lain, saling menghancurkan satu sama lain, membenci Islam dan jihad ini, terjebak dalam permainan musuh.

***

Hidup dari satu tipu daya kepada tipu daya lain, hampir tak ada pilihan, tanpa tahu berbuat apa. Aral yang tak lagi dimengerti, bahkan tak lagi disadari meski menimpa bertubi-tubi. Tak hanya dari depan, ia juga menghampiri dari belakang. Tak hanya dari atas, tetapi juga dari bawah. Tak hanya dari luar, bahkan menohok dari dalam.

Aral tampak seperti semut hitam di atas batu hitam di malam hari. Jalan-jalan kebenaran bersilangan dengan jalan-jalan kebatilan. Puncak-puncak kebaikan berimpit dengan puncak keburukan. Fitnah menerpa seperti potongan-potangan malam yang datang bergelombang. Tipu daya membuat seseorang beriman di pagi hari, sorenya telah menjadi kafir, atau sore hari beriman, paginya telah menjadi kafir.

Tapi di atas tipu daya ada tipu daya. Sepandai-pandai al Masih Dajjal bermain api, akhirnya akan menimpanya sendiri. Ia yang menghidupkan sendiri, ia yang mematikannya pula. Ia mengobarkan, memainkannya, memadamkannya, namun pada saatnya akan kembali jua kepadanya. Karena di balik semua itu ada yang sebenar berkuasa, sebenar menghidupkan dan mematikan yang sesungguhnya.

"Ya Tuhan kami, hanya kepada Engkaulah kami bertawakkal, dan hanya kepada Engkaulah kami bertaubat, dan hanya kepada Engkaulah kami kembali. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami (sasaran) fitnah bagi orang-orang kafir. Dan ampunilah kami,sSesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS. al Mumtahanah: 4-5)


Tidak ada komentar: