Jumat, 16 Mei 2014

Jangan Terlalu Berharap pada Suatu Koalisi


Mempertanyakan persahabatan sejati di dunia politik, seperti dunia yang tak menyisakan tempat bagi balas budi. Eratnya jalinan persahabatan menjadi perseteruan dalam sekejab, kebersamaan berbuah pengkhianatan, harapan dan semangat berbuah kekecewaan.

Tak semudah menuntut dan menuntut, meskipun menjadi hak. Tak sebodoh membiarkan pengkhianatan, memberi dengan sepenuh ketulusan, tanpa mengharap apa pun. Terlalu berharap mendapatkan sesuatu, tak menjamin akan memperolehnya, tetapi memiliki cita bisa memberikan sesuatu, tak jua mesti kehilangannya.

Agar menjadi pembelajaran, terlalu berharap berujung kekecewaan. Ketika suatu koalisi yang terjalin, dimaknai sebagai pembagian kue kekuasaan dan bagi-bagi jabatan semata, bukan upaya terbaik, pilihan untuk mewujudkan cita.

Dikhianati dan dicampakkan, sebuah resiko memang. Tetapi maknanya bisa berbeda jika partisipasi yang diberikan bukan untuk mendapatkan sesuatu, tetapi untuk memberikan sesuatu, memberi kontribusi, bukan mendulang. Bukan saling memperebutkan tanggung jawab untuk didapat, tetapi memperebutkan amal untuk dikerjakan.

Tak memaksa dan tak kan bisa memaksakan. Diperlukan kedewasaan mengambil sikap di antara tahu diri dan tidak tahu diri. Lebih mudah untuk menuntut dan meminta, meski tak membuahkan hasil. Lebih terasa berat untuk memberi, meski tak kan diikuti kekecewaan.

Ketulusan buta dan harapan bodoh, posisi yang sama-sama sulitnya. Biarlah terlalu mudah dicampakkan, tetapi jangan terlalu mudah diperbodoh. Antara bersikap tahu diri dan sikap bisa menempatkan diri, hingga bisa memaksimalkan potensi. Bukan tempat mencari belas kasih, tetapi jangan jua mempertontonkan kebodohan, tinggal bagaimana memolesnya. Diperlukan langkah cerdas agar bisa mendapatkan posisi terbaik, menjaga nilai sebuah pengorbanan tetap berharga.

Yang termudah memang memulai dari diri, agar harapan kepada mereka untuk mengikuti, menjadi layak diungkapkan. Lakukan dari apa yang mampu, jalankan amanah sebaik-baiknya, ketulusan yang tak pudar hingga berbalas empati, meski entah kapan. Bekerja dan bekerja, memberi dan memberi, apapun yang terjadi tetap melayani.

Kecilnya amanah yang diberikan, bukan alasan untuk tak berbuat. Berbuat yang terbaik, untuk menyempurnakan pengabdian pada-Nya, agar Dia memberikan yang terbaik. Semata berharap kepada Dia yang lebih mengetahui tentang bangsa ini dan kita, kemampuan kita, ujian-ujian yang mesti kita lalui dan bangsa ini, sampai pada saatnya yang tepat.

Menempatkan diri yang terbaik dalam kolaborasi, jika mereka memiliki kekurangan, toh kita tak jua lepas dari kekurangan. Tinggal bagaimana dengan kelebihan dan kekurangan ini, menjadi sebuah kolaborasi untuk saling melengkapi dan menguatkan. Melibas dan mencampakkan, menjadi cinta, kerja dan harmoni.


Tidak ada komentar: