Selasa, 24 Juni 2014

Berbuka Lebih Sehat, Hikmah di Balik Sunah

 “Akan lebih terasa enak bagi tubuh, jika berbuka puasa jangan langsung makan banyak.” Begitulah yang saya dengar dari suatu ceramah Ramadhan beberapa tahun lalu.

Ketika tiba waktu berbuka, banyak dari kita yang melakukan aksi “balas dendam”. Di samping seharian sudah menahan lapar, berbagai hidangan istimewa biasanya siap tersaji, sudah menjadi kebiasaan di bulan puasa. Begitu tiba waktu start, maunya langsung tancap gas dan ngebut.

Untuk mesin saja, misalnya motor tua, setelah lama tak dipakai, tidak baik langsung dibuat kebut-kebutan. Sebaiknya, mesin dipanasi dulu. Begitu juga lambung. Setelah lama istirahat, sebaiknya tidak langsung dihantam dengan makanan banyak dan berat. Tidak baik bagi pencernaan. Sehingga perlu beradaptasi dulu.

Rasulullah mengawali berbuka dengan hanya beberapa butir kurma atau meminum air. “Adalah Rasulullah berbuka dengan Ruthab (kurma basah) sebelum shalat. Jika tidak terdapat Ruthab, maka beliau berbuka dengan Tamr (kurma kering). Maka, jika tidak ada kurma kering beliau meneguk air.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud)

Mengapa kurma? Yang bukan orang Arab bisa protes. Mengapa bukan kolak?

Kurma mudah dicerna dan memulihkan pasokan energi bagi tubuh. Kalau kolak, kandungan lemak di dalam santan akan sulit dicerna. Sehingga dari sisi kesehatan, mengawali berbuka dengan kolak sangat tidak dianjurkan. Keunggulan lain, kurma adalah karbohidrat kompleks, berbeda dengan makanan manis pada umumnya. Berbuka dengan kurma tidak menyebabkan kadar gula darah melonjak naik.

Masih banyak keunggulan lain kurma dari sisi kandungan nutrisi yang dikandungnya. Memang sulit untuk menemukan makanan pengganti yang sama baiknya dengan kurma. Yogurt  dan buah tertentu yang mudah dicerna dan memiliki karakter hangat bisa menjadi alternatif pengganti.

Dengan mengikuti sunah Rasul dalam berbuka, memilih makanan pembuka yang tepat dan tidak langsung makan banyak, banyak hal positif yang bisa kita dapatkan. Puasa tidak membuat kita menunda shalat Maghrib, badan akan terasa lebih enak, sekaligus lebih menumbuhkan rasa kesabaran, pengendalian diri dan keikhlasan.

Tidak langsung disibukkan dengan makan, membawa kebaikan bagi ruh, jiwa, maupun jasad kita. Malam lebih ringan untuk beribadah, siangnya lebih nyaman untuk beraktifitas.

Di balik sunah Rasulullah yang kelihatannya sederhana, ternyata ada hikmah yang luar biasa. Sebaliknya, banyak hal yang sudah menjadi kebiasaan kita manusia modern, ternyata di kemudian hari diketahui ketidakbaikannya. Banyak hikmah yang tersembunyi dari sunah-sunah Rasul. Banyak diantaranya yang belum kita ketahui, bahkan terkadang seolah-olah bertentangan dengan logika, keinginan dan hawa nafsu.

Tidak ada komentar: